loading...
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi market saat ini masih menimbulkan kepanikan buat para investor. Foto/Dok
JAKARTA - Situasi pasar modal Indonesia pasca-Lebaran masih hangat diperbincangkan. Pada Selasa awal pekan (8/4), saat pembukaan setelah libur panjang, indeks harga saham gabungan ( IHSG ) sempat anjlok 9,19% hingga menyentuh level 5.912.
Bursa Efek Indonesia (BEI) kemudian melakukan trading halt pada pukul 09.00 WIB karena tekanan jual yang luar biasa. Kepanikan melanda, ribuan trader cut loss, dan mayoritas analis memproyeksikan IHSG akan terus longsor.
Founder & CEO Astronacci, Gema Goeyardi sehari sebelum pembukaan pasar (7/4) telah memprediksi bahwa IHSG akan segera rebound dan ditutup dengan candlestick hijau. Prediksi yang dianggap terlalu optimistis, tapi terbukti.
IHSG tidak hanya rebound pada 8 April, tetapi terus melanjutkan penguatan hingga hari ini (11 April), mencatatkan kenaikan lebih dari 7% dalam tiga hari berturut-turut.
"Sesuai dengan prediksi yang telah diungkapkan oleh Astronacci International. Di saat ada penurunan, menjadi peluang untuk rebound,” papar Gema Goeyardi, dalam siaran persnya, Jumat (11/4/2025).
Gema menyebut, kondisi terlihat sangat berat pada saat itu (pembukaan setelah libur Lebaran). Namun berdasarkan metode Time Trading dan siklus teknikal yang dianalisa, ini adalah area pembalikan.
“Kami tidak bicara berdasarkan ketakutan, tapi berdasarkan waktu dan probabilitas yang terukur. Di saat market jatuh, kita harus bisa melihat peluang kenaikan yang bisa terukur,” ungkap Gema.
Menurut Gema, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi market masih menimbulkan kepanikan buat para investor. Meski demikian, dia menegaskan bahwa situasi seperti ini seharusnya tidak dihadapi dengan emosi.
“Trader yang punya strategi, justru siap saat momen seperti ini datang. Kuncinya adalah disiplin, bukan panik,” katanya.