loading...
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) memperingatkan, bahwa perang tarif antara AS dan China berpotensi merusak industri lokal Indonesia. Foto/Dok
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) , Anggawira menyebut bahwa perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China berpotensi merusak industri lokal Indonesia. Menurutnya, dampak perang tarif ini perlu segera diantisipasi.
Anggawira menyampaikan, meskipun perang tarif utamanya hanya terpaku antara AS dengan China, dan tarif impor AS terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan karena neraca perdagangan Indonesia ke AS hanya sekitar 9%, namun ketegangan ini harus diwaspadai.
Ia mengatakan, perang tarif antara AS dan China berpotensi menimbulkan banjir produk China ke pasar Indonesia. Hal ini dinilainya menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha dalam negeri, mengingat efisiensi biaya produksi China yang lebih tinggi.
"Karena tentunya dengan trade war antara AS dan China kan dengan tarif yang tinggi yang diberikan oleh AS ke China dan mungkin sampai 100%, pastinya China akan mencari market baru ya," jelas Anggawira pada Kamis (11/4/2025).
"Nah ini kan juga pastinya akan membuat kita pelaku usaha makin sulit ya. Karena kalau kita ketahui bersama tentunya ya ongkos produksi dan biaya produksi di China pastinya lebih efisien dan produk-produknya selama ini memang sudah masuk ke market kita," tambahnya.
Anggawira sendiri menyoroti langkah pemerintah yang berusaha melakukan efisiensi anggaran, terutama pada belanja non-produktif di kementerian dan lembaga. Ia juga sepakat dengan adanya program pemerintah seperti ketahanan pangan dan Makan Bergizi Gratis dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Namun demikian, Ia mengingatkan bahwa implementasi program-program tersebut harus mampu memberikan insentif nyata bagi pelaku usaha, bukan justru menciptakan kompetisi baru yang mematikan sektor UMKM.
"Di sisi lain juga tantangannya bagaimana program tersebut mampu ya memberikan insentif untuk pelaku usaha yang ada. Bukan malah program tersebut akhirnya menjadi kompetisi dari pelaku-pelaku usaha yang sudah boleh dibilang kantin-kantin, warung-warung UMKM gitu ya," kata Anggawira.
"Ini yang menjadi harus menjadi salah satu faktor sehingga ekonomi di daerah ini bisa bergerak keras. Jadi kuncinya di situ," tandasnya.
(akr)