Tanaman Hias yang Mengubah Hidup Sueb di Tajurhalang Bogor

3 days ago 10

loading...

Sueb nasabah Bank BRI yang merupakan pelaku usaha tanaman hias di Tajurhalang, Bogor, memperlihatkan koleksi tanaman di lahan seluas 7 ribu meter miliknya. Foto: SINDOnews/Susanto

BOGOR - Di hamparan lahan seluas 7.000 meter persegi di Tajurhalang, Bogor, Pak Sueb menata berbagai jenis tanaman hias yang menjadi sumber nafkahnya selama lebih dari dua dekade. Mulai dari pohon pelindung seperti Ketapang Kencana dan Palem, hingga tanaman taman seperti Bougenvil dan Semar, usaha ini telah menghidupi keluarganya dan delapan karyawan. Namun, perjalanan bisnisnya tak melulu mulus. Berkat kegigihan dan dukungan dari BRI melalui program Klasterku Hidupku, kini usahanya semakin berkembang.

Sejak tahun 2002, Pak Sueb memutuskan beralih dari bisnis konstruksi ke usaha tanaman hias. Keberanian untuk keluar dari kebiasaan dalam keluarga yang secara turun temurun berkecimpung di dunia bangunan telah menuntun Sueb pada peluang baruyakni berkebun.

“Awalnya keluarga saya berkecimpung di dunia bangunan, ada yang bikin kusen. Saya juga sempat kerja di bangunan, tapi saya beranikan gadai motor Supra untuk modal usaha tanaman,” kenangnya.

Awal merintis, ia sempat berjualan di Arco dan Ragunan, Jakarta, sebelum akhirnya menetap di Tajurhalang pada 2013 agar lebih dekat dengan rumah. Berbeda dengan generasi sekarang yang bisa dengan mudah mencari informasi di internet, Pak Sueb belajar secara otodidak.

“Kalau anak sekarang tinggal buka Google, langsung tahu nama tanaman. Saya dulu harus belajar sendiri,” ujarnya. Namun, berkat keuletan dan dukungan teman-teman, ia berhasil mengembangkan usahanya hingga saat ini.

Sueb Berkembang Bersama BRI

Tanaman Hias yang Mengubah Hidup Sueb di Tajurhalang Bogor

Tahun 2010 menjadi titik balik bagi Pak Sueb. Saat itu, ia memberanikan diri mengajukan pinjaman Rp30 juta ke BRI. “Alhamdulillah berjalan lancar. Saya jadi nasabah yang dipercaya. Sekarang mau pinjam berapa pun dikasih,” katanya sambil tertawa. Kepercayaan ini semakin diperkuat dengan keikutsertaannya dalam program Klasterku Hidupku pada 2024.

Melalui program ini, ia diperkenalkan dengan para pelaku usaha sejenis dan berkesempatan memperluas jaringan. “Dengan ikut program BRI, saya akan dipertemukan dengan orang-orang yang bergerak di bidang yang sama,” ujarnya. Harapannya, dengan dukungan ini, ia bisa lebih dikenal oleh pihak-pihak besar, termasuk instansi seperti Dinas Pekerjaan Umum.

Saat ini, tanaman paling laris di tempatnya adalah Ketapang Kencana, yang dijual mulai dari Rp25 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung ukuran. Disusul Palem Jepang dan Palem Kuning yang harganya berkisar Rp30 ribu hingga Rp500 ribu. Sebagian besar tanaman ia tanam dari bibit, sementara sebagian lainnya diperoleh dari masyarakat sekitar yang butuh menjual tanaman mereka.

Selain menjual tanaman, Pak Sueb juga menerima permintaan pembuatan taman untuk perumahan dan perkantoran. “Kalau untuk rumah, biasanya pakai Beringin Korea, Yasmin, dan Bonsai. Tapi kalau untuk area perumahan, lebih ke tanaman pelindung,” jelasnya. Harga proyek taman berkisar mulai Rp25 juta, tergantung jenis dan jumlah tanaman yang digunakan.

Meski bisnisnya terus berkembang dengan pendapatan sekitar Rp50 juta per bulan, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah perawatan tanaman yang lebih sulit, seperti Bonsai dan Palm Sikas yang rentan terkena hama. Namun, dengan semangat dan dukungan BRI, Pak Sueb optimistis bisa terus maju.

“Harapan saya, melalui BRI, saya bisa lebih dikenal oleh instansi besar, sehingga usaha ini bisa semakin berkembang,” pungkasnya. Dengan kerja keras dan ekosistem usaha yang mendukung, Pak Sueb membuktikan bahwa ketekunan dan kolaborasi bisa menjadi kunci kesuksesan.

Tanaman Hias yang Mengubah Hidup Sueb di Tajurhalang Bogor

(sto)

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |