Kemampuan Bahasa Asing Masih Kendala Utama Daya Saing SDM Kesehatan RI di Luar Negeri

4 weeks ago 26

loading...

Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, masih menjadi kendala utama daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di bidang kesehatan yang bekerja di luar negeri. Foto/Dok

JAKARTA - Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris , masih menjadi kendala utama daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di bidang kesehatan yang bekerja di luar negeri.

Menurut Direktur Jenderal SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) Yuli Farianti, penguasaan bahasa Jepang tenaga kesehatan Indonesia masih tertinggal dibandingkan SDM dari Filipina dan Vietnam, yang merupakan kompetitor utama RI. Bahasa Inggris yang belum optimal juga berdampak pada kompetensi mereka di pasar global.

Baca Juga: Tingkatkan Daya Saing Melalui Produktivitas

Selain Filipina dan Vietnam, Malaysia dan Singapura juga menjadi pesaing ketat bagi tenaga kesehatan profesional Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini, Kemenkes bekerja sama dengan Yayasan Binawan guna meningkatkan kompetensi SDM kesehatan Indonesia, baik yang akan bekerja di luar negeri maupun di dalam negeri.

”Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat daya saing SDM kesehatan nasional agar mampu bersaing dengan tenaga kesehatan dari negara lain,” kata Yuli seusai penandatanganan kerja sama dengan Yayasan Binawan di Jakarta, Rabu (12/2/2025).

Dalam periode 2019-2024, lebih dari 1.270 tenaga kesehatan profesional Indonesia telah terserap di berbagai negara, termasuk Jepang, Jerman, Belanda, serta negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait. Kemenkes menargetkan agar rata-rata 2.000 tenaga kesehatan Indonesia dapat bekerja di luar negeri setiap tahun untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat.

Ketua Yayasan Binawan, Said Saleh Alwaini menyatakan, bahwa kerja sama dengan Kemenkes bersifat komprehensif dan berkelanjutan, mencakup berbagai profesi di sektor medis dan kesehatan. Yayasan Binawan menyediakan 400 kuota khusus bagi alumni Politeknik Kesehatan (Poltekkes) guna meningkatkan keterampilan sebelum diberangkatkan ke luar negeri.

Menurut ketua umum Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) ini, Binawan Group memiliki fasilitas lengkap untuk mendidik dan melatih tenaga kesehatan profesional hingga mereka siap secara teknis dan mental.

Kurikulum pelatihan pun akan disusun bersama dengan Kemenkes agar memenuhi standar internasional. Masa pelatihan bagi SDM kesehatan profesional yang akan bekerja di luar negeri berkisar antara 10 hingga 12 bulan.

”Tapi mereka yang belum memenuhi standar kompetensi, termasuk dalam penguasaan bahasa asing, harus menjalani pelatihan tambahan hingga dinyatakan layak,” tegas CEO Binawan Group ini.

Baca Juga

FKUI Jalin Kolaborasi untuk Bangun SDM Kesehatan Kompeten

Sebagai perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia (P3MI), Binawan Group telah berkiprah hampir setengah abad dalam menyalurkan lebih dari 130.000 pekerja profesional ke sekitar 30 negara. Selain tenaga kesehatan, Binawan Group juga mengirim SDM di bidang hospitality, teknologi informasi, agrikultur, teknik rekayasa, konstruksi, dan manufaktur, menjadikannya salah satu penyedia tenaga kerja profesional terbesar di Indonesia.

(akr)

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |