Minyak Jelantah Disulap Jadi Bioavtur, Pakar Ungkap Potensinya Bagi Swasembada Energi

8 hours ago 4

loading...

Pakar ekonomi lingkungan IPB, Aceng Hidayat mengatakan, pemanfaatan minyak jelantah untuk diolah Pertamina menjadi bahan bakar ramah lingkungan, yakni SAF atau bioavtur, bisa menjadi solusi dari kondisi yang dihadapi Indonesia. Foto/Dok

JAKARTA - Pakar ekonomi lingkungan IPB University, Aceng Hidayatmengatakan, pemanfaatan minyak jelantah untuk diolah Pertamina menjadi bahan bakar ramah lingkungan , yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur , bisa menjadi solusi dari kondisi yang saat ini dihadapi Indonesia.

Pertama untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan. Kedua, mendukung swasembada energi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Terkait pengurangan pencemaran lingkungan, Aceng menyebut bahwa jelantah merupakan limbah yang selama ini tidak teratasi. Pasalnya sering kali bahan pencemar tersebut dibuang di saluran air.

“Jadi penggunaan jelantah sebagai bahan bakar merupakan solusi lingkungan,” kata Aceng kepada media.

Baca Juga

Harga Minyak Jelantah UCollect Ikuti Harga Pasar, Cek di MyPertamina

Ia juga menilai program pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah, sebagai terobosan luar biasa Pertamina. Aceng juga mengatakan, program tersebut sangat mendukung kinerja menjelang 100 hari Pemerintahan Prabowo-Gibran di bidang energi.

”Saya apresiasi program yang luar biasa ini. Pertamina selalu menginisiasi pengembangan energi alternatif. Ini sangat mendukung program Pemerintah, termasuk menjelang 100 hari kerja,”jelasnya.

Sambung Aceng juga menerangkan, bahwa program pemanfaatan minyak jelantah tersebut sangat mendukung swasembada energi. ”Sangat mendukung, sejalan. Sebab upaya untuk swasembada energi, misal dengan menggunakan energi terbarukan tentu harus dicari sumbernya,” jelas Aceng.

Menurut Aceng, jelantah memiliki potensi sangat besar. Tidak hanya rumah tangga dan UKM, bahkan beberapa industri pun, menurutnya juga menghasilkan minyak jelantah.

“Sumbernya berlimpah, potensinya luar biasa. Apalagi masyarakat Indonesia sangat senang dengan makanan gorengan, sehingga bahan baku energi tersebut tidak akan kekurangan. Kalau bisa dihimpun semua tentu menjadi energi alternatif yang juga memberi dampak luar biasa,” kata dia.

Karena itulah Aceng juga sependapat dengan studi dari International Council on Clean Transportation (ICCT). Studi tersebut menyampaikan bahwa penggunaan residu pertanian, termasuk minyak jelantah di Indonesia bisa menghasilkan 33,2 juta kilo liter bioavtur atau tiga kali lebih besar dari kebutuhan bahan bakar pesawat terbang domestik.

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |