Pakar Pangan Unibraw Sebut Produksi Beras RI Tertinggi dalam Sejarah, Stok Melimpah

9 hours ago 5

loading...

Sujarwo, pakar pangan Unibraw, mengungkapkan bahwa periode April hingga Mei merupakan puncak produksi pangan nasional, di mana suplai beras dalam negeri mencapai titik tertingginya.

JAKARTA - Pakar pangan dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Sujarwo, mengungkapkan bahwa periode April hingga Mei merupakan puncak produksi pangan nasional, di mana suplai beras dalam negeri mencapai titik tertingginya. Kondisi ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mencatat surplus beras yang dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk stok nasional, tetapi juga untuk ekspor.

Mengacu pada Rice Outlook edisi April 2025 yang dirilis Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi beras Indonesia tahun ini diperkirakan menembus 34,6 juta ton—naik 600 ribu ton dibandingkan proyeksi tahun sebelumnya.

“Produksi beras Indonesia saat ini menunjukkan tren positif dan bahkan lebih baik dibandingkan negara-negara besar di ASEAN seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, maupun Laos,” ujar Sujarwo, Minggu (11/5/2025).

Tak hanya itu, cadangan beras pemerintah juga mencapai rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir, yaitu sebesar 3,6 juta ton.Menurut Sujarwo, capaian ini tak lepas dari langkah strategis pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Menteri Andi Amran Sulaiman. Sejak awal, Kementan telah menambah alokasi pupuk bersubsidi serta memperkuat sarana dan prasarana produksi, termasuk mekanisasi pertanian dan pemanfaatan teknologi.

“Dukungan pemerintah sangat vital, mengingat sebagian besar produksi nasional berasal dari petani kecil yang membutuhkan kehadiran negara. Dengan kebijakan pertanian yang terarah dan berdimensi jangka panjang, Indonesia bisa kembali menjadi salah satu lumbung beras dunia,” ujarnya.

Sujarwo optimistis, di bawah pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto, visi swasembada pangan akan tercapai jika penguatan teknologi, efisiensi pasar, dan konsolidasi kelembagaan terus dijalankan secara konsisten.

“Dalam waktu dekat, saya yakin kita bisa mewujudkan swasembada pangan. Kuncinya adalah kolaborasi antarprogram pembangunan pertanian, terutama sinergi antara Kementan dan Bulog,” katanya.

Sebagai catatan, Indonesia sempat menjadi negara pengimpor beras terbesar kelima di dunia pada 2023 dengan volume mencapai 3,06 juta ton. Namun kebijakan impor tersebut dihentikan sejak Andi Amran Sulaiman kembali menjabat Menteri Pertanian (Mentan) dan fokus menggenjot produksi dalam negeri di sentra-sentra pertanian.

Menariknya, tekanan justru kini dialami oleh Thailand, yang selama ini dikenal sebagai eksportir utama beras ASEAN. Pada kuartal I 2025, ekspor beras negara tersebut tercatat turun hingga 30 persen.

“Ini momentum emas bagi Indonesia untuk memperkuat kemandirian pangan. Dukungan semua pihak terhadap upaya pemerintah sangat penting agar potensi besar bangsa ini bisa diwujudkan,” ujar Sujarwo memungkasi keterangan.

(ars)

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |