Perputaran Dana Judol di Indonesia Tembus Rp927 Triliun, Bahayanya Sampai ke Ekonomi

1 week ago 20

loading...

Tak hanya melarikan dana ke luar negeri, Judi online (judol) dinilai menghilangkan efek pengganda terhadap perekonomian. Foto/Dok

JAKARTA - Judi online (judol) dinilai dapat memangkas potensi pertumbuhan ekonomi, karena menyedot dana masyarakat yang sedianya bisa dipakai untuk menggerakkan ekonomi. Tak hanya melarikan dana ke luar negeri, judol dinilai menghilangkan efek pengganda terhadap perekonomian.

Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) , Firman Hidayat menjelaskan, berdasarkan kajian pihaknya, dampak negatif judol terhadap perekonomian terjadi karena hilangnya efek pengganda yang mestinya didapat dari uang masyarakat yang diinvestasikan atau dibelanjakan untuk konsumsi.

"Estimasi pada 2024, impact judi online ini 0,3% dari pertumbuhan ekonomi. Kalau tahun lalu itu 5%, jika tidak ada judol harusnya 5,3%. Angka 0,3% ini sangat berharga untuk kita mencapai target pertumbuhan yang dicanangkan Presiden," ujarnya melalui keterangan tertulis, Rabu (6/8/2025).

Baca Juga: OJK Blokir 17.026 Rekening Terkait Judi Online

Firman mencontohkan, sebuah studi di Brasil, dimana pengeluaran rumah tangga untuk judi mencapai 19,9% dari pendapatan. Pada saat yang sama, pengeluaran untuk makanan, baju, dan obat turun dari 63% ke 57%. "Penurunan konsumsi inilah yang menimbulkan efek kontraksi pada pertumbuhan ekonomi," tegasnya.

Data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebutkan, nilai perputaran dana judol di Indonesia menembus Rp927 triliun hingga kuartal I-2025. DEN memproyeksikan 70% dari total dana judol dilarikan ke luar negeri sehingga menihilkan efek pengganda ke perekonomian negara. "Yang lari ke luar negeri itu bukan cuma duitnya, multiplier effect-nya nol," ujarnya.

Menurut Firman, fenomena hilangnya multiplier effect akibat judol juga dirasakan negara lain seperti Hong Kong dan Afrika Selatan. Lantaran mayoritas dana judol dibawa kabur ke luar negeri, nilai kehilangan potensi pajak Hong Kong adalah sebesar 9,4 miliar dolar Hong Kong per tahun atau sekitar Rp19,6 triliun. Sementara di Afrika Selatan sebesar 110 juta rand per tahun atau sekitar Rp99,9 miliar.

Riset independen Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa, berdasarkan data PPATK per 2024, mayoritas pemain judol di Indonesia (71%) adalah masyarakat menengah ke bawah, yakni mereka yang berpenghasilan di bawah Rp5 juta. Kelompok pemain terbanyak kedua adalah warga berpenghasilan Rp5 juta-Rp10 juta (15%).

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |