loading...
Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatif Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) Fajar Wibhiyadi. FOTO/dok.SINDOnews
JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi ( Bappebti ) menetapkan sejumlah langkah strategis dalam penguatan industri perdagangan berjangka komoditi tahun 2025. Langkah tersebut di antaranya optimalisasi implementasi Sistem Resi Gudang dan pengembangan Pasar Lelang Komoditas, penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia, dan peningkatan implementasi bursa CPO Indonesia.
"Langkah-langkah strategis tersebut pertama adalah edukasi dan literasi. Hal ini menjadi sangat penting, karena saat ini masyarakat khususnya kalangan bisnis yang belum sepenuhnya memahami manfaat transaksi multilateral ini," ujar Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatif Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) Fajar Wibhiyadi dalam keterangan tertulis Rabu (5/2/2025).
Langkah kedua dari sisi produk, ICDX akan terus mengembangkan produk-produk multilateral yang sejalan dengan kebutuhan pasar. Dan yang ketiga, terkait teknologi dan infrastruktur perdagangan akan terus ditingkatkan untuk memberikan pelayanan prima kepada pemangku kepentingan.
"Terkait penguatan transaksi multilateral kami tentunya sejalan dengan langkah strategis Bappebti untuk meningkatkan transaksi multilateral. Karena Industri perdagangan berjangka komoditi khitahnya khan memang transaksi multilateral. Dan untuk itu, beberapa langkah strategis telah kami siapkan, yang tentunya untuk peningkatan volume transaksi ini," ujar dia.
Dia menjelaskan transaksi multilateral merupakan sistem perdagangan dimana banyak penjual bertemu banyak pembeli dan tidak saling mengenal (many to many). Transaksi ini terjadi di dalam bursa, sehingga seluruh transaksinya otomatis terdaftar di bursa.
Dalam mekanisme transaksi multilateral ini, ICDX sebagai bursa memiliki memiliki peran untuk menyediakan fasilitas dan infrastruktur kepada anggota bursa untuk melakukan transaksi. Sedangkan Indonesia Clearing House (ICH) sebagai Lembaga Kliring memiliki peran dalam penjaminan dan penyelesaian transaksi, termasuk diantaranyan adalah mengelola Management Risiko, Margin dan juga Settlement.
Sedangkan, terkait transaksi multilateral, sebagai catatan, di tahun 2024 total transaksi mencapai 1.763.296 lot dengan notional value sebesar Rp150 Trilun. Sementara di tahun 2025 sampai dengan akhir Februari, volume transaksi multilateral tercatat sebanyak 123.126 lot dengan notional value sebesar Rp 9.978 Triliun.
Adapun kontrak dengan volume transaksi terbesar adalah GOLDGR dengan volume 29.728 lot, kontrak GOLDUDMic dengan volume transaksi sebanyak 24.224 lot dan CPOTR dengan volume transaksi sebesar 14.668 lot.
"Kontrak GOLDGR dan GOLDUDMic merupakan produk transaksi multilateral dengan basis komoditas emas, sedangkan CPOTR meruupakan produk transaksi multilateral dengan basis komoditas Crude Palm Oil (CPO)," kata dia.
(nng)