loading...
Rencana Apple untuk menanamkan investasi Rp1,58 triliun di Indonesia masih belum menemukan titik terang. Foto/Dok
JAKARTA - Rencana Apple untuk menanamkan investasi di Indonesia masih belum menemukan titik terang. Di satu sisi Pemerintah masih enggan menerima penawaran, sedangkanApple juga tampak masih setengah-setengah untuk all out.
Apple diketahui telah menyodorkan proposal investasi Rp1,58 triliun yang ditawarkan ke Indonesia untuk bisa menjual iPhone 16 di RI. Selain itu Kemenperin mencatat masih ada komitmen investasi Apple pada proposal periode 2020-2023 sebesar Rp271 miliar yang belum direalisasikan.
Hal tersebut yang membuat Kemenperin belum mengeluarkan sertifikasi TKDN dan izin impor untuk iPhone 16 series.
Diungkap Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, ada beberapa hal yang membuat Apple masih susah untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Hal pertama adalah karena kepastian hukum di Indonesia masih tertinggal dari rata-rata negara lainnya di berbagai belahan dunia. Menurut Riefky, dengan kepastian hukum yang lemah tentu membuat Apple takut untuk mengambil risiko.
"Kepastian hukum di Indonesia itu masih tertinggal dari rata-rata bahkan negara Timur Tengah, Afrika Utara, rata-rata negara Asia Timur, bahkan rata-rata negara Latin Amerika," kata Riefky dalam diskusi Selular Business Forum, Kamis (5/12/2024).
"Jadi, kalau investasi tapi perizinannya gak keluar-keluar, regulasi perdagangannya itu berubah cukup sering, nah itu kepastian hukumnya gak ada, yang membuat investor itu jadi mempertanyakan untuk melakukan investasi di suatu negara," lanjutnya.
Selain karena kepastian hukum yang cenderung labil, penyebab lain kenapa Apple belum juga berinvestasi di Tanah Air menurut Riefky adalah karena produktivitas dan kemampuan tenaga kerja Indonesia masih kurang mumpuni.
"Kita produktivitasnya itu kalah jauh dari negara Vietnam, India, Turki, China, bahkan dari Saudi Arabia. Tenaga kerja kita juga kalah dengan China, Vietnam, India, bahkan Saudi Arabia atau Turki," ujarnya.
Lebih jauh Riefky mengatakan, dengan berbagai kelemahan yang belum juga dibenahi oleh Indonesia, akan sulit untuk membujuk Apple untuk bisa berinvestasi di dalam negeri. Mengingat Apple sendiri memiliki hitung-hitungan tersendiri untuk kelangsungan bisnisnya.