loading...
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Aryo Djojohadikusumo menekankan, bahwa batu bara masih memegang peran penting dalam ketahanan energi Indonesia. Foto/Dok
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri ( KADIN ) Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Aryo Djojohadikusumo menekankan, bahwa batu bara masih memegang peran penting dalam ketahanan energi Indonesia.
“Ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan air adalah prioritas utama pemerintahan Presiden Prabowo. Batu bara akan selalu menjadi bagian penting dalam ketahanan energi Indonesia. Para pelaku usaha jangan sampai melupakan kontribusi nyata industri ini terhadap ekonomi nasional,” ujar Aryo dalam Energy Insights Forum bertajuk “Redefining Coal’s Contribution: Sustaining Revenues, Navigating Challenges”, yang digelar KADIN Bidang ESDM bersama Katadata di Jakarta, Rabu (17/9).
Menurut Aryo, peran batu bara dalam perekonomian Indonesia masih terlalu besar untuk diabaikan. Sebut saja kontribusinya terhadap penerimaan negara dan sebagai sumber energi utama.
“Sektor ini (batu bara) turut membayar pajak, membangun sekolah dan rumah sakit, hingga infrastruktur lainnya. Kontribusinya besar,” tambah Aryo.
Baca Juga: Ekspor Batu Bara Indonesia Ambruk 21,74 Persen, BPS Ungkap Penyebabnya
Ia menekankan, meski isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) kian menguat, peran batu bara tetap tidak bisa diabaikan. Industri ini, menurutnya, berkontribusi signifikan terhadap penerimaan negara, penyediaan lapangan kerja, serta pembangunan infrastruktur sosial.
Dalam tiga tahun terakhir, kontribusi batu bara terhadap penerimaan negara tercatat konsisten melampaui migas. Data Kementerian ESDM menunjukkan bahwa hingga semester I 2025, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari mineral dan batu bara telah mencapai Rp74,2 triliun atau 59,5% dari target tahunan. Angka ini naik 1,1% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Namun di sisi lain, kinerja produksi dan ekspor batu bara justru melemah. Per Agustus 2025, produksi nasional baru mencapai 485,71 juta ton atau 65,72 persen dari target. Realisasi ini turun 12,14 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.