loading...
Banjir produk murah China terancam bisa merusak pengaruh Negeri Tirai Bambu -julukan China- di beberapa negara-negara berkembang. Foto/Dok
JAKARTA - Banjir produk murah China terancam bisa merusak pengaruh Negeri Tirai Bambu -julukan China- di beberapa negara- negara berkembang . China seperti diketahui sedang menggambarkan dirinya sebagai pesaing ekonomi Barat dengan mengusung 'Global South'.
Tetapi dalam menanamkan pengaruhnya, China menghadapi rintangan serta reaksi yang beragam terhadap praktik perdagangannya. Dari Indonesia hingga Brasil, barang-barang murah asal China, termasuk kendaraan elektronik, tekstil, dan baja, membanjiri pasar.
Menurut para kritikus, produk murah China telah menenggelamkan industri lokal yang masih berusaha pulih dari kemerosotan ekonomi yang terkait dengan Covid-19. Sementara itu ekspor China tumbuh pada tingkatan sekitar 12% dalam dolar secara year-on-year, menurut data perdagangan Oktober, dimana 50% barang tersebut dikirim ke negara berkembang.
"Ada reaksi yang signifikan di seluruh negara berkembang terhadap praktik perdagangan, pinjaman, dan investasi China, sebuah tren yang meningkat pasca-COVID," kata Charles Austin Jordan, seorang analis riset senior di tim China Projects Rhodium Group di Brussels.
Seperti dilansir Business Insider, pada sepanjang tahun ini, Brasil telah mengenakan tarif 35% pada kabel serat optik China, serta 25% untuk impor baja dan besi. Sementara Indonesia telah memberlakukan tarif 200% pada impor tekstil China.
Sementara itu Thailand membentuk komite khusus pemerintah untuk menekan impor China setelah penutupan ratusan pabrik domestik, sementara Peru dan Meksiko juga memberlakukan langkah-langkah anti-dumping pada baja China.
Belt and Road
Dalam beberapa dekade terakhir, ekonomi Barat yang kaya telah dituduh mengabaikan hubungan ekonomi dan diplomatik mereka dengan negara berkembang, dan China melangkah masuk ke celah tersebut.
Sebagai bagian dari inisiatif ekonomi "Belt and Road", China telah menginvestasikan miliaran dolar dalam proyek-proyek infrastruktur di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia, hingga meningkatkan pengaruh politik dan ekonominya.
Sementara itu, konsumen di negara berkembang telah diuntungkan dari masuknya barang-barang China dengan harga murah. "Tidak diragukan lagi, ini telah menjadi anugerah besar bagi negara-negara tersebut dalam jangka pendek," kata Jordan.
Namun integrasi yang lebih dekat dengan ekonomi China harus dibayar mahal. Ketika ekonomi negara-negara berkembang menjadi lebih erat dengan China, volume impor China yang murah terus meningkat.