Penggunaan Land Application Tingkatkan Daya Saing Sawit Nasional

1 week ago 11

loading...

Penggunaan land application LCPKS berperan mengurangi emisi gas rumah kaca. FOTO/dok.SINDOnews

JAKARTA - Praktik penggunaan land application (LA) limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) untuk pemupukan organik masih yang terbaik saat ini sesuai dengan kondisi industri kelapa sawit nasional. Selain bisa berperan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), pemanfaatan LA juga menghemat devisa yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing produk sawit nasional.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengungkapkan penerapan land application dengan mempertimbangkan dosis dan frekuensi optimal, jenis tanah, faktor cuaca, redox dan parameter lainnya sesuai karakteristik lokasi kebun kelapa sawit sangat bermanfaat. Pada kadar Biological Oxygen Demand (BOD) tertentu, yakni 3.000 hingga 5.000 mg/liter dengan eH > - 150 mVolt, kandungan limbah cair pabrik kepala sawit (LCPKS) mengandung input unsur hara yang paling optimal dan tidak menimbulkan emisi gas methane (CH4).

"Dengan pemanfaatan LCPKS untuk pemupukan organik, maka selain memberikan bahan nutrisi organik alami, maka akan berdampak pada pengurangan impor pupuk dari luar negeri. Ini menghemat devisa. Selain itu, sebagai sumber penggunaan energi terbarukan yang dihasilkan dari LCPKS," ungkap Eddy Martono dalam keterangannya di Jakarta pada Senin (16/12/2024).

Baca Juga

RSI Rayakan Hari Sawit Nasional dengan Seminar dan Kongres

Land application (LA) atau aplikasi lahan merupakan salah satu teknik pengelolaan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan cara mengalirkan limbah cair melalui sistem parit ke kebun. Sedangkan, BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik dalam air limbah.

Menurut Eddy, pengurangan impor pupuk akan meningkatkan efisiensi dan daya saing industri kelapa sawit. Karena mereka akan memberikan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat di sepanjang rantai pasok nasional pada industri kelapa sawit.

Berdasarkan Laporan Akhir Penyusunan Roadmap Pengurangan Emisi GRK dan Pemanfaatan LCPKS pada Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit (Pusaka Kalam, 2024) secara biaya operasional LA lebih menguntungkan daripada Non-LA. Dimana, keuntungan operasional mencapai Rp 2.928.236/hektare hingga Rp 5.478.738/hektare.

"Dengan manfaat di atas pemanfaatan sumber daya LCPKS pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional Indonesia dan mendukung target Pertumbuhan ekonomi 8% dari Presiden Prabowo Subianto," papar Eddy.
Untuk mencapai hal tersebut, lanjut Eddy, dukungan pemerintah di semua kementerian terkait diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya LCPKS yang melimpah tersebut.

Menurut Eddy, penggunaan pupuk sintetis mengakibatkan jejak karbon yang lebih tinggi, dari sejak jejak karbon proses produksi pupuk sintetis, kemudian transportasi pupuk sintetis sampai dengan aplikasinya di lapangan. Sebaliknya, pengurangan penggunaan pupuk sintetis juga berdampak pada penurunan biaya operasional secara signifikan yang pada gilirannya kondisi tersebut akan berdampak pada indeks kinerja dan harga tandan buah segar (TBS) petani yang lebih baik. Sebab, hal tersebut menyebabkan biaya operasional menurun. Karena itu, pemanfaatan LCPKS sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan, ekonomi dan agronomi menjadi solusi dalam mendukung kemajuan perekonomian nasional.

Siap Berkontribusi Susun Roadmap

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |