2 Senjata Pamungkas China Lawan Amerika dalam Perang Dagang

1 day ago 7

loading...

China disebut memiliki 2 senjata utama yang dapat membuat Amerika Serikat (AS) menderita dalam perang dagang. FOTO/Ilustrasi/Dok.

JAKARTA - Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin tinggi. Kedua ekonomi terbesar dunia itu saling balas mengenakan tarif di atas 100 persen untuk impor barang-barang yang berasal dari negara masing-masing.

Di tengah meningkatnya ketegangan tersebut, para ahli memperingatkan bahwa Presiden China Xi Jinping memiliki2 senjata utama yang dapat membuat Amerika menderita. Dua senjata itu adalah memangkas ekspor tanah jarang dan membuang obligasi pemerintah AS - tindakan yang dapat melumpuhkan sistem pertahanan AS, meningkatkan biaya pinjaman, dan memicu guncangan keuangan global.

Larangan total ekspor mineral tanah jarang, dinilai bisa membuat rudal, jet tempur, dan bahkan teknologi konsumen Amerika mati kutu. "Tidak ada satu pun pesawat jet milik Angkatan Udara Amerika Serikat yang tidak memiliki tanah jarang dalam berbagai bentuk, terutama dalam bentuk magnet," kata Mark Smith, CEO NioCorp dan veteran industri pertambangan mineral seperti dilansir Fox Business.

Jika China berhenti mengekspor tanah jarang, kata dia, dampaknya terhadap kesiapan militer AS akan langsung terasa. "Kacamata penglihatan malam, rudal hipersonik, rudal pintar yang menjadi rudal bodoh - maksud saya Anda benar-benar dapat menembaknya, tetapi rudal pintar tidak akan dapat mencapai tujuan mereka," ujar dia.

Minggu lalu, China menempatkan 7 jenis tanah jarang sedang dan berat pada daftar kontrol ekspor. Meskipun kontrol tersebut tidak sampai pada larangan langsung, Beijing masih dapat menghambat perdagangan dengan membatasi jumlah lisensi ekspor yang dikeluarkannya. China mendominasi 90% pasar tanah jarang global - sekelompok 17 elemen yang penting bagi industri pertahanan, energi, dan elektronik.

Beijing juga telah membatasi pengiriman mineral penting lainnya - termasuk germanium, galium, dan grafit - ke AS selama dua tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan AS dipastikan bakal kesulitan untuk mengisi kesenjangan tersebut. Diperlukan waktu rata-rata 29 tahun untuk beralih dari penemuan mineral hingga produksi di AS.

Seiring meningkatnya ketegangan dengan Washington, Beijing juga bisa menggunakan senjata pamungkas keduanya, yakni dengan membuang obligasi pemerintah AS - ancaman yang telah menimbulkan kegelisahan di pasar keuangan. China memegang utang AS sebesar USD761 miliar, atau sekira Rp12.784 triliun (kurs Rp16.800 per USD), menjadikannya pemegang utang AS asing terbesar kedua setelah Jepang.

Penjualan besar-besaran oleh China dapat menurunkan nilai obligasi AS dan menyebabkan melonjaknya imbal hasil, yang secara tajam meningkatkan biaya pinjaman bagi pemerintah federal. Hal itu juga dapat melemahkan dolar AS dan mengirimkan gelombang kejut melalui pasar keuangan global.

Di luar obligasi pemerintah, China juga dapat lebih jauh mendevaluasi yuan - taktik yang telah digunakan berulang kali - untuk membuat ekspornya lebih kompetitif sambil mengurangi harga barang-barang Amerika di pasar domestiknya.

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |