Dunia Banjir Barang-barang China, Surplus Perdagangan Tiongkok Nyaris Tembus USD1 Triliun

7 hours ago 3

loading...

China telah berubah dari pengimpor mobil menjadi eksportir mobil terbesar di dunia, melampaui Jepang, Korea Selatan, Meksiko, dan Jerman. FOTO/AP

JAKARTA - Ekspor China yang sangat besar pada 2024 melebihi impor dalam skala yang jarang terjadi sejak Perang Dunia II. Tiongkok berhasil mencatatkan surplus perdagangan hampir USD1 triliun tahun lalu karena ekspornya membanjiri dunia, sementara bisnis dan rumah tangga di negara ini membelanjakan uangnya dengan hati-hati untuk impor.

Ketika disesuaikan dengan inflasi, surplus perdagangan China tahun lalu jauh melampaui surplus perdagangan dunia dalam satu abad terakhir, bahkan surplus perdagangan negara-negara kekuatan ekspor seperti Jerman, Jepang, ataupun Amerika Serikat (AS).

Pabrik-pabrik China mendominasi manufaktur global dalam skala yang tidak pernah dialami oleh negara manapun. Membanjirnya barang-barang dari China telah menuai kritik dari daftar mitra dagang Tiongkok yang terus bertambah panjang.

Negara-negara industri dan negara berkembang sama-sama telah menetapkan tarif, mencoba untuk memperlambat gelombang. Dalam banyak kasus, China telah membalas dengan cara yang sama, membawa dunia lebih dekat ke perang dagang yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi global.

Presiden terpilih Donald J. Trump, yang akan mulai menjabat minggu depan, telah mengancam untuk meningkatkan kebijakan perdagangan Amerika yang sudah agresif yang ditujukan kepada China. Administrasi Umum Bea Cukai China pada Senin (14/1), yang dilansir dari The New York Times, melaporkan negara ini mengekspor barang dan jasa senilai USD3,58 triliun tahun lalu, sementara mengimpor USD2,59 triliun. Surplus sebesar USD990 miliar ini memecahkan rekor sebelumnya, yaitu USD838 miliar pada 2022.

Baca Juga

Rusia Hujan Sanksi AS, Kilang-kilang Minyak China dan India Kalang Kabut

Ekspor yang kuat di bulan Desember, termasuk sejumlah barang yang mungkin telah dikirim ke AS sebelum Trump mulai menjabat dan mulai menaikkan tarif, mendorong China ke rekor surplus satu bulan baru sebesar USD104,8 miliar.

Meskipun China mengalami defisit minyak dan sumber daya alam lainnya, surplus perdagangannya dalam barang-barang manufaktur mewakili 10% dari ekonomi China. Sebagai perbandingan, ketergantungan AS pada surplus perdagangan barang-barang manufaktur mencapai puncak sebesar 6 persen dari output Amerika pada awal Perang Dunia I, ketika pabrik-pabrik di Eropa sebagian besar berhenti mengekspor dan beralih ke produksi masa perang.

Banyak negara mencari surplus perdagangan dalam barang-barang manufaktur karena pabrik-pabrik menciptakan lapangan kerja dan penting untuk keamanan nasional. Surplus perdagangan adalah jumlah ekspor yang melebihi impor.

Ekspor China untuk segala hal, mulai dari mobil hingga panel surya, telah menjadi bonanza ekonomi bagi negara ini. Ekspor telah menciptakan jutaan lapangan kerja, tidak hanya untuk pekerja pabrik, yang upahnya telah disesuaikan dengan inflasi dan naik sekitar dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, tetapi juga untuk insinyur, desainer, dan ilmuwan riset yang berpenghasilan tinggi.

Read Entire Article
Aceh Book| Timur Page | | |