loading...
Aplikasi Telegram mencetak pendapatan lebih dari USD1 miliar atau setara Rp16,1 triliun di sepanjang 2024, untuk menandai tahun pertama dengan keuntungan sejak perkenalkan monetisasi. Foto/Dok
JAKARTA - Aplikasi Telegram mencetak pendapatan lebih dari USD1 miliar atau setara Rp16,1 triliun (dengan kurs Rp16.146 per USD) di sepanjang tahun 2024, untuk menandai tahun pertama dengan keuntungan sejak memperkenalkan monetisasi. Keuntungan ini disampaikan oleh salah satu pendiri dan CEO perusahaan, Pavel Durov lewat saluran Telegram-nya.
Pertumbuhan keuangan perusahaan dilaporkan didorong oleh lonjakan pelanggan Telegram Premium dan kinerja iklan yang kuat. "Ini adalah tahun yang sangat sukses bagi Telegram. Kami telah menghasilkan keuntungan untuk pertama kalinya sejak tiga tahun dimonetisasi," kata Durov.
Tercatat jumlah pelanggan premium Telegram mengalami peningkatan tiga kali lipat pada tahun 2024, melebihi 12 juta, dan pendapatan iklan tumbuh secara signifikan, untuk berkontribusi dan menjadi tonggak sejarah. Keuntungan ini membantu Telegram menutup tahun dengan lebih dari USD500 juta tersimpan dalam cadangan kas, tidak termasuk aset kripto.
CEO Telegram menambahkan, perusahaan juga telah bekerja untuk mengurangi kewajiban keuangannya.
"Selama empat tahun terakhir, Telegram telah mengeluarkan sekitar USD2 miliar untuk utang. Kami membayar bagian dari itu pada Musim Gugur ini, mengambil keuntungan dari harga yang menguntungkan untuk obligasi Telegram," kata Durov.
Sambung dia menambahkan, masih ada pekerjaan substansial yang harus dilakukan untuk mempertahankan dan membangun kemajuan Telegram tetap bertahan.
Terlepas dari pencapaian tersebut, Telegram sedang menghadapi kasus hukum. Pada Agustus 2024, Durov ditahan setelah mendarat di bandara Paris dan dibebaskan dengan jaminan beberapa hari kemudian.
Durov menghadapi 12 tuduhan, termasuk keterlibatan dalam mendistribusikan pornografi anak, perdagangan narkoba, dan pencucian uang. Tuduhan tersebut muncul dari klaim bahwa aturan moderasi Telegram telah memungkinkan penyalahgunaan layanan perpesanannya.
Popularitas Telegram terus tumbuh karena aplikasi mempertahankan layanan gratis untuk pengguna. Pada bulan Juli, Durov mengumumkan bahwa messenger telah mencapai 950 juta pengguna aktif dan bertujuan untuk melampaui satu miliar pada akhir tahun.
(akr)